MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS ”KELAINAN HAID”
DISUSUN SEBAGAI PEMENUHAN TUGAS SISTEM REPRODUKSI 2
Dosen
Pembimbing:
DiahAyu
Fatmawati S.Kep.Ns, M.Kep.
Disusun
Oleh
Kelompok
01:
1. Afrizal
Febiansyah (
7313048)
2. Abdullah
Hakim (7313052)
3. Alimatul
Muallafah (7313057)
4. Dewi
Retno Puspitosari (7313055)
5. Shobihat
Abd. Rosyid (7313068)
6. Nur
Amiirotul Fikriyyah (7313070)
7. M.
Farid Al –Aris (7313092)
PROGAM STUDI S1 ILMU
KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI
DARUL ULUM JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
hirobbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT seru sekalian alam atas
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan dengan judul ”laporan
asuhan keperawatan kelainan haid”
Pembuatan
askep ini kami ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah menyimak,
namun dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan ini masih jauh dari kata
sempurna untuk itu kami memohon kepada pembaca makalah ini sudi kiranya untuk
memberikan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif demi perbaikan pembuatan
makalah selanjutnya .
Tak
lupa kami ucapkan terima kasih
1. Kepada
Yang terhormat dosen pembimbing yang telah memberikan motivasi kepada kami
sehingga terbentuknya makalah asuhan keperawatan ini
2. Kepada
teman-teman satu angkatan yang telah memberikan moral maupun materil sehingga
bisa terwujudnya makalah askep ini.
Meskipun
penulis berharap isi dari askep ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun agar askep ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar askep ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Jombang, 04 April 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................... 3
2.1 Pengertian
haid/menstruasi ...................................................................... 3
2.2 Fisiologi haid.............................................................................................. 3
2.3 Jenis jenis gangguan
haid.......................................................................... 7
2.4 Etiologi....................................................................................................... 9
2.5 Manifestasi klinis...................................................................................... 11
2.6 Pathway kelainan haid............................................................................... 13
2.7 Penatalaksanaan ....................................................................................... 14
2.8 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 15
BAB
III KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN............................................. 16
3.1 Pengkajian................................................................................................... 16
3.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 16
3.3 Intervensi keperawatan.............................................................................. 17
3.4 Evaluasi....................................................................................................... 20
BAB
IV PENUTUP............................................................................................ 21
4.1
Simpulan...................................................................................................... 21
4.2 Saran........................................................................................................... 21
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
1.3
Latar
Belakang
Menstruasi
atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim
yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus
haid), dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal
yaitu estrogen dan progesteron.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat
perempuan memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum
memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan
prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan
(reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama haid
berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak
normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang
datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti
pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree menstruasi
syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak
serius, haid yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang
perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai
masih normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama.
Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia
11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila
setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami
gangguan haid.
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid
yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan
dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat
sebelum siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40
hari, hanya 10-15%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup
luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang
sama, bahkan kakak beradik dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling
panjang biasanya terjadi sesaat setelah menarche dan sesaat sebelum menopause.
1.4
Tujuan
A. Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan hiperemesis gravidarum.
B. Tujuan
Khusus
1. Mengetahui definisi menstruasi
2. Mengetahui etiologi kelainan
haid
3. Mengetahui patofisiologikelainan
haid
4. Mengetahui jenis jenis kelainan
haid
5. Mengetahui pemeriksaan kelainan
haid
6. Mengetahui
penatalaksanaan kelainan haid
7. Mengetahui asuhan keperawatan
pada klien kelainan haid
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian haid/menstruasi
Haid adalah proses bulanan tumpahan
lapisan bagian dalam dan darah uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina.
Keluarnya cairan yang mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah
memasuki usia subur dan yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan
adanya pengeluaran selaput lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium.
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon
reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini
biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. Menstruasi
pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya fisiologik (normal)
yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya perdarahan
tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron
(Hawari, 1997).
Siklus darah haid lamanya kurang lebih 2-6 hari. Pada
siklus 28 hari, hari ke 5 sampai ke 14 adalah fase folikular atau proliferasi
yang dimulai setelah perdarahan berakhir dan berlangsung sampai saat ovulasi(kapita
selekta kedokteran 1, 371)
2.2
Fisiologi haid
Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan
menstruasi untuk pertama kali adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia
16 tahun belum juga datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat
perempuan memasuki masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum
memasuki masa menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan
prosesnya cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan
(reproduksi) normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama haid
berkisar 5-7 hari. Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak
normal. Diantaranya mulai dari usia haid yang
datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus berulang kali mengganti
pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree menstruasi
syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak
serius, haid yang tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang
perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih
normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid kali pertama.
Artinya, bila seorang perempuan telah mendapatakan haid pertamanya saat berusia
11 tahun, maka hingga usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur. Tapi bila
setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur juga, dipastikan ia mengalami
gangguan haid.
Haid Dipengaruhi berbagai hormon:
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan
oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH
(Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga
terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan
proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen yang tinggi
memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing
hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk
mensintesis progesterone. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik
pada endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase
sekresi selalu tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda
adalah fase proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur.
1. Siklus
Menstruasi
Panjang
siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya.
Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus
menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus menstruasi
berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-15%wanita
yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara
beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik
dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi
sesaat setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Lama haid
biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata +
16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga
dengan wanita yang anemi.
Pada
awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa berlangsung
selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah
normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan
lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan
menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah
beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu
anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1
dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap
bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan
menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar
hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk
ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi pembuahan oleh
sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam rahim dan mulai
tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar
hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium akan dilepaskan dan
terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3 –
5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium
kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
a. Siklus ovarium terbagi menjadi 3
fase:
1.
Fase Folikuler
Dimulai dari
hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang pertumbuhan
sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya
1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian
endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen
dan progesteron. Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan
lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan
menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah
dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata
selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi
biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2.
Fase ovulasi
3.
Fase Luteal
Fase ini
terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelah
melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus
luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron
menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi
sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa digunakan untuk
memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus luteum akan hancur
dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur
dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormone chorionic
gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan
progesterone sampai janin bisa menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan
didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG.
b. Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
1.
Fase Menstruasi atau dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding
uterus disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis
atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan otolisis,
dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini
berlangsung 3 – 4 hari.
2.
Fase pasca haid atau fase regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan
sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir
yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai sejak fase
menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3.
Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid.
Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a.
Fase proliferasi dini (early
proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase
ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi
epitel, terutama dari mulut kelenjar.
b.
Fase proliferasi madya (mid
proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase
ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan yang
berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk
telanjang (nake nukleus).
c.
Fase proliferasi akhir (late
proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari
ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan
dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma
bertumbuh aktif dan padat.
4.
Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari
hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap, bentuk
kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Di dalam endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang
kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
2.9
Jenis
jenis gangguan haid
a. Gangguan lama danjumlahdarahhaid
Hipermenorea (menoragia)
b. Gangguansiklushaid
Polimenorea (<21 hari), oligomenorea (>35 hari,
amenorea
c.
Gangguanperdarahan
di luarsiklushaid
Menometroragia
d.
Gangguan lain
yang berhubungandenganhaid
Dismenorea, Premenstruasi syndrome
1. PMS (PRE MENSTRUAL
SYNDROM )
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum
haid bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan
hormon estrogen dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension
terjadi pada umur 30-40 tahun.
PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara
hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah
menstruasi dimulai.
2. HYPERMENOREA (MENORHAGIA)
Perdarahan haid lebih banyak dari
normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi.
3. HYPOMENORHOE
(KRIPTOMENORRHEA)
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau
lebih kurang dari biasanya.
Lama perdarahan : Secara
normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka
daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis, mioma.
4.POLIMENOREA (EPIMENORAGIA)
Adalah siklus haid yang lebih
memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif
sama atau lebih banyak dari biasa.
5.OLIGOMENORRHOE
Suatu
keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari.
6. AMENOREA
Amenore adalah keadaan tidak datang
haid selama 3 bulan berturut-turut.
Klasifikasi Amenore:
1. Amenorea
Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea
Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid
tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
3. Amenorrhoe Fisiologis, dapat terjadi :
• Sebelum
pubertas
• Dalam
kehamilan
• Dalam masa
menyusui, kalau tidak menyusukan haid datang + 3 bulan setelah melahirkan,
kalau menyusui dalam 6 bulan setelah melahirkan.
• Dalam
menopause
7. DISMENORE
Adalah nyeri sewaktu haid.
Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etiologi dan
patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.
Klasifikasi Disminore:
a. Dismenorrhoe primer, yaitu sejak menstruasi pertama
kali, nyeri dan tidak ada kelainan dari alat kandungan.
b. Dismenorrhoe sekunder, yaitu nyeri haid yang
terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan dari alat kandungan.
8.
METRORAGIA
Adalah perdarahan yang tidak teratur
dan tidak ada hubungannya dengan haid
2.10
Etiologi
a.
Etiologi
PMS (Pra Menstruasi Syndrom)
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting
ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan
dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga
memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah
wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan
terhadap faktor-faktor psikologis.
b.
Etiologi
hipermenore (menoraghia)
e.
Hipoplasia uteri, dapat
mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika
f.
Asthenia, terjadi karena tonus otot
kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
g.
Myoma uteri, disebabkan oleh :
kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
h.
Hipertensi
i.
Dekompensio cordis
j.
Infeksi, misalnya : endometritis,
salpingitis.
k.
Retofleksi uteri, dikarenakan
bendungan pembuluh darah balik.
l.
Penyakit darah, misalnya Werlhoff,
hemofili
c. Etiologi hypomenorhoe
(kriptomenorrhea)
a.Setelah
dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
b.kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan
hormonal.
d. Etiologi
Polimenorea (epimenoragia)
Polimenorea
merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus
menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi
pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
e. Etiologi
Oligomenorrhoe
a. Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5
menstruasi )
b. Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium
diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus haid.
f. Etiologi
Amenorea
a. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium), dan vagina
b. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji
estrogen dan progesteron negatif.
c. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress
berat.
d. kelainan kongenital
e. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi
lebih.
g. Etiologi
Disminore
psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric
: cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar
prostaglandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi).
h. Etiologi Metroragia
Metroragia diluar kehamilan dapat
disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma
cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,
endometritis haemorrhagia); hormonal.
Perdarahan fungsional : a) Perdarahan
Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau
ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun
kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun
kronis.
2.11
Manifestasi
klinis
a.
Manifestasi
klinis PMS (Pra Menstruasi Syndrom)
Perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu makan
meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil.
Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.
• Perasaan malas bergerak, badan terasa lemas
• Kenaikan berat badan
• Sukar berkonsentrasi
• Kelelahan
• Perubahan suasana hati
b.
Manifestasi
Klinis hipermenore (menoraghia)
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita
juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.
• Waktu haid panjang 7 – 8 hari
• Perdarahan haid terlalu banyak disertai bekuan
darah.
• Siklus haid teratur
c.
Manifestasi
Klinis hypomenorhoe
(kriptomenorrhea)
Waktu haid singkat, jumlah darah
haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.
d.
Manifestasi Polimenorea (epimenoragia)
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari
(lebihpendekdari 25 hari).
e.
Manifestasi klinisOligomenorrhoe
·
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari
sekali
·
Perdarahan haid biasanya berkurang
f.
Manifestasi
Klinis Disminore
Beberapa
gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan malas
bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja,
pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga kerap memunculkan rasa
pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri, kram perut
bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala
gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
2.13
Penatalaksanaan
Pengobatannya
bergantung pada gejala-gejala pasien, dan keparahan penyakit.
Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala mencakup tindakan
paliatif, terapi hormone, atau pembedahan.
a.
Penanganan
PMS
·
Terapi
hormon bermanfaat mengurangi
keluhan
·
Pil kombinasi
progestin drospirenonefekantimineral okortikoid mencegah retensi cairan.
·
Dianjurkan diet
rendahgaram
·
Retensi
berlebih menggunakan diuretikaspironolakton.
·
Penanganan
terapi bedah
·
Histerektomi
·
Angka
keberhasilan terhadap perdarahan 100%
·
Angka
kepuasan cukup tinggi 95% setelah 3 tahun pasca operasi
·
Komplikasi;
perdarahan, infeksi dan
masalah penyembuhan luka
c.
Penatalaksanaan
Disminore
Singkirkan terlebih
dahulu kelainan organik. Bila ada, obati sesuai kelainan yang ada, pada usia
muda di coba dahulu dengan spasmolitik atau analgesik. Pada disminore primer
pengobatanya
·
Anti prostlagandin (Menghambat prostaglandin yaitusalisilat (aspirin),
asammefenamat, ibuprofen)
·
Pil KB atau pemberian
progesteron saja ( nortestosteron. Medroksi progesteron asetat, didrogesteron)
dari hari 5-25 siklus haid 5-10mg/hari. Pengobatan berlangsung berbulan-bulan.
(Pilkontrasepsikombinasi).
·
MPA 5 mg
ataudidrogesteron 2 x 10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25
Pada
disminore sekunder bergantung pada penyebabnya yaitu:
·
Disebabkan
endometriosis dan infeksi, untuk infeksi berikan antibiotik yang sesuai.
2.14
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
Laboratorium dan Radiologi:
a. Pemeriksaan DL:
untuk mengetahui komposisi
darah klien secara
menyeluruh.
b. Ultrasonografi
panggul: ovarium dapat dilihat dan ketebalan endometrium diperkirakan. Fibroid
dan tumor lain dapat di ketahui dan di ukur.
c. CT scanning
pada abdomen dan
pelvis: untuk membantu
untuk mengeklusi broad ligament masses,
septic pelvic thrombophlebitis, ovarian
vein thrombosis, dan phlegmon.
d. USG pada abdomen dan
pelvis: dapat memberikan gambaran pada bagian uterus pada pasien endometritis.
e. biopsi endometrium:
pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai prosedur rawat jalan dengan menggunakan
pipelle atau aspirator vobra.
f. Pemeriksaan
vaginal: dilakukan dengan
menggunakan vaginoskop untuk
melihat adanya lendir, lubang
leher rahim (serviks)
dan vagina yang
agak terbuka dan kemerahan di
daerah vagina dan
leher rahim. Pada
palpasi per rektal
akan teraba dinding rahim agak
kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi
(tergantung derajat infeksi).
g. X-ray khusus:
menggunakan komputer untuk mengambil gambar dari abdomen dan
digunakan untuk melihat
organ tubuh lain seperti rahim dan ovarium.
h. Hysteroscopy:
pemeriksaan ini mungkin dilakukan untuk mencari pembengkakan di dalam rahim,
dengan menggunakan hysteroscop (tabung panjang yang masuk melalui vagina dan ke
dalam rahim). Contoh jaringan dari rahim juga dapat diambil selama tes
ini.
i.
Kultur: diambil sample
dari urin, darah, dan cairan vagina dan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa
untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi.
j.
Laparoskopi :
laaparoskopi untuk memungkinkan inspeksi organ panggul.
BAB
III
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
1. Anamnesis
} Identitas : Umur, sudah menikah atau belum.
} Keluhan utama/keluhan sekarang
} Riwayat Penyakit Sekarang
} Riwayat penyakit yang pernah diderita
} Riwayat Obstetrik
} Riwayat Seksual
2.Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: untuk
mengetahui keadaan umum
wanita, sejauh mana keluhan
yang dirasakan wanita, sehingga mempengaruhi wanita secara umum.
2. TTV: mengetahui keadaan
tekanan darah, suhu,
nadi, respirasi sehubugan
dengan keluhan yang dirasakan wanita tersebut.
4. Abdomen: mengetahui
apakah ada massa
dan pembesaran perut abnormal
yang dapat menunjang
diagnosa ke diagnosa
penyakit organ reproduksi lainnya.
Pemeriksaan abdomen sangat
penting pada penderita gynekologi, tidak
boleh diabaikan, dan
harus lengkap apapun
keluhan penderita. Penderita harus
tidur terlentang. Pada
penderita kelainan haid
biasanya terdapat nyeri tekan.
3.2
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri
2.
Intoleransi aktivitas
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
4.Ansietas
3.3
Intervensi keperawatan
Dx
|
Tujuan&
K-H Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.Nyeri
akut
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakankeperawatan 1x24
jam diharapkan nyeri pasien berkurang dan dapat melakukan aktivitas ringan
atau total
K-H :
1.Mampu
mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan
bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan menejemen nyeri.
3. Mampu
mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
Menyatakan rasa nyaman setelah.
|
-
Level nyeri
-
Konrol nyeri
Kh:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu
pnyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri.
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri.
c. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
|
Management
nyeri:
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara
kompherensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
2.
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
3.
Ajakan teknik relaksasi dan
distraksi
4.
Berikan analgesik untuk mengurangi
nyeri
5.
Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.
|
2.
Intoleransi aktivitas
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas ringan dan total.
KH:
1. berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs) secara mandiri
3. Tanda tanda vital normal
4.sirkulasi status baik
|
1.
Energy Conservation
2.
Activity tolerance
Self Care :ADLs
|
1.
Kaji tanda tanda vital pasien
2.
Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
3.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
4.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik. Psikologi dan sosial
5.
Kolaborasikan dengan tenagarehabilitasi medik dalam
merencanakan progam terapi yang tepat
|
3.
Ketidakseimbingan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam diharapkan nutrisi pasien terpenuhi
KH:
1.Mampu mengidentifikasikan
kebutuhan nutrisi
2. adanya peningkatan BB sesuai
tujuan
3. tidak ada tanda tanda mal
nutrisi
4. tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti.
|
1.
Nutrional status: food intake
2.
Nutrional status: nutrient intake
3.
Weight control
|
1. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2.Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin
3.Monitor adanya penurunan BB
4.Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
|
4.
Ansietas
|
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan rasa cemas akan hilang
KH:
1. Klien mampu mengidentifikasi an
mengungkapkan gejala cemas
2. mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
|
1.Anxiety self-control
|
1. Identifikasi tingkat kecemasan
2. instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
3.Gunakan pendekatan yang
menenangkan
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. berikan obat untuk
mengurangikecemasan
|
3.4 Evaluasi
1.
Menunjukan rasa nyeri yang minimal
2.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
3.
Menunjukan penurunan ansietas
Evaluasiamenorea: 4 kompartemen
1.Kompartemen I:
gangguanpada uterus
2.Kompartemen II:
padaovarium
3.Kompartemen III:
padahipofisis
4.Kompartemen IV: padahipotalamus/susunansyarafpusat
BAB
IV
PENUTUP
4.2
Simpulan
Siklus
Haid Normal 1x 28 hari, 2- 6 hari.Padasiklus 28 hari, harike 5-14 adalah
fase folikular/proliferasi yg dimulai
sesudah perdarahan berakhir & berlangsung sampai
saat ovulasi. Fase
ini berguna untuk
menumbuhkan endometrium agar siapmenerima ovum
ygtelahdibuahi.
Gangguan haid pada masa reproduksi
yaitu terdiri dari:
1.
Gangguan lama
danjumlah darah
haid
Hipermenorea
(menoragia)
2.
Gangguan
siklus haid
Polimenorea
(<21 hari), oligomenorea (>35 hari, amenorea
3.
Gangguan
perdarahan di luarsiklushaid
Menometroragia
4.
Gangguan lain
yang berhubungandenganhaid
Dismenorea,
Premenstruasi syndrome
4.2
Saran
Untuk mahasiswa
hendaknya selalu berusaha memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi klien
dan keluarga dalam upaya meningkatkan SDM menuju perawat profesional.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif, Mansjoer,
Triyanti,Kuspuji, Savitri,Rakhmi, Wardhani,Wahyu Ika, Setiowulan, Wiwiek. 2001.
Kapita Selekta Kedokteran edisi 3
jilid I. Jakarta : Media Acculapius.
Nurarif, Amin
Huda dan Kusuma Hardi. 2015. Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA (NIC-NOC) Jilid 2.
Jogjakarta: Medi Action.
Bulechek, Gloria M, dkk. Nursing Intervetions Classification (NIC)- 6th ed. :ISBN
Moorhead, Sue, dkk. Nursing Outcomes Classification (NOC)-5th ed : ISBN
https://produkoriflem.blogspot.co.id/
https://produkoriflem.blogspot.co.id/
EmoticonEmoticon